Pages

Selasa, 23 Agustus 2011

Saat Semua Menjadi Sederhana

Saat semuanya terasa sederhana maka disana akan ada sebuah kesulitan yang begitu besar.Semuanya hanya berawal


dari sana, “kesederhanaan” terkadang melakukan hal-hal besar yang tak mungkin terpikirkan. Mungkin saat kau berkata


yang paling sederhana maka sesedarhana itu pula kau mulai mengambil resiko yang besar. Sama saat kau berkata “iya”


atau pun “tidak”, kupikir itulah hal yang sangat sederhana, strukturnya, maknanya, bentuknya dan semuanya.


Semuanya tampil sangat sederhana, tapi kau mungkin pasti tau bahwa “iya’ ataupun “tidak” adalah sebuah kata yang


masing- masing butuh pemikiran panjang untuk diucapkan, butuh seribu masalah dan seribu pertimbangan agar salah


satunya kau ucapkan. Itu jelas sederhana, belum lagi saat kau berjanji berkata “iya” ataupun “tidak” apa yang akan


terjadi nantinya atau setelahnya mungkin dua tahun setelahnya atau bahkan duapuluh tahun lagi kedepannya. Yang


pasti saat kau berkata sesederhana itu, maka kau baru saja memulai sesuatu yang sangat besar.


Entahlah, tapi aku sudah bersamnya mungkin, aku menyederhanakan semuanya. Semua yang kuanggap sulit lalu


kusederhanakan menajdi lebih singkat. Mulai dari suka, senang, duka, bahagia, masalah, pengorbanan, dan semuanya.


Lalu aku sederhanakan menjadi satu kata “cinta”. Yah semua sudah kusederhanakan dalam satu kata itu. Saat itu pula


aku harusnya sadar aku bukannya mengakhirinya tapi baru saja memulainya. Memulai dari segala usaha yang kulakuakan


atas semuanya agar betul bisa mendapatkannya, lalu berlanjut akan apa yang harus kulakukaan saat semuanya terjadi,


dan akan berakhir saat apa yang akan kulakukan setelahnya, bahkan sampai jiwa ini sudah berpisah dari raganya.


Mungkin karena semuanya terasa sederhana, lalu aku menjadikannya lebih sederhana, yah semuanya telah aku


sederhanakan. Bagaimana mungkin aku marah padamu jika semuanya sudah kusederhanakan. Sering aku ingin berkata


tidak padamu, atau mungkin ingin mengajari yang takkan kau suka, tapi ketika semuanya telah kusederhanakan aku tak


mampu berbuat apa apa lagi. Aku bahkan sangat konsisten atas segala apa yang kuputuskan tapi entahlah, karena


semua kusederhanakan semuanya mulai berubah. Mungkin kau tak tahu, bahwa sering aku bercerita padamu tentang


semuanya tapi semua itu takkan mungkin karena aku sduah menyedarhanakan semuanya. Aku bahkan sering merasakan


sakit tapi semunya tak terasa karena kau telah pun menyedrhanakannya. Semua karena aku menyederhanakannya.


Terkadang aku terlihat seperti orang lain, aku berkata dalam diriki, aku berfikir atas sesuatau yang tak seharusnya


kufikirkan dan memang tak mungkin difikirkan. Yah, aku tidak gila tapi semua karena aku menyederhanakannya.


Lalu pada akhirnya aku memutuskan menuliskannya saat aku tak menyederhanakannya. Lalu aku ingin berkata, jikapun


kau membaca tulisan ini


“tahukah kau, semua karena aku menyederhanakannya, saat semua terasa sulit, lalu akan terasa senang karena aku


menyederhanaknnya, saat semua terasa senang buatku, maka semua akan terasa biasa karena aku


menyederhaaknnya, dan saat semunya terasa biasa buatmu maka akan terasa sensng buatku karena aku


menyederhanakannya. terkadang aku ingin marah padamu, atas apa yang kaulakukan, tapi semua gagal karena aku


menyederhanakannya. Pernahkah kau berfikir saat semunya kusederhanakan aku bahkan hanya berwujud namun sudah


tak ada lagi. Tapi aku tak meneyesal Karena menyedrhanakan semunya. Aku bahkan akan selalu menyederhanakan


semunya. Saat semua masalah akan dating maka aku akan menyedrhanakn semunya, saat semua senang akan dating,


akau akan menyederhanakan semunya. Bahkan saat kau tak menggapku buatmu, atau saat aku menggapmu yang paling


berarti bagiku, semunaya akan kusederhanakan. Menjadi paling sederhana. Saat semua masalah datang, saat semua


senang datang, saat tak ada lagi yang bisa kulakukan, saat semunya telah terjadi, saat kau ingin marah padamu, saat


aku ingin berkata paling romantis padamu, saat aku ingin kau tahu betapa kau berarti bagiku, atau saat kau


menunjukkan aku bukanlah siapa-siapa untukmu, aku akan menyedrhanakan semunya, menjadi paling sederhana. Bahwa


aku mencintaimu. Bentuk yang paling sederhana yang telah kubueta, benar, bahwa aku mencintaimu.


Biarkanlah aku menyederhanakan semunya, entah itu kau akan mengarti dan mengubah semunya ataupun tetap berada


pada lingkaranmu. Entah apapun yang telah aku dan kau lakukan, dan entah apa pun yang kau dan aku sedang


lakukan, dan entah apapun yang kau dan aku akan lakukan, maka tak kan jadi masalah buatku. Karena aku akan tetap


menederhanakan semunya.


Bahkan saata aku ingin menulis tulisan ini, aku ingin berkata lain, hanya saja aku menyederhanakannya lalu yang aku


bisa katakan tak ada selain menyederhanakannya.


Kuharap kau mengerti dan tak menyederhanakannya sama saat aku menyederhanaknnya, biarlah semua bermula dari


penyederhanaan dan akan berakhir pada penyederhanaan saat semua bergerak secara perlahan saat itu pula aku akan


bersyukur karena telah menyederhanakan semunya.